Sekitar satu tahun yang lalu, Theo memutuskan untuk membawa keluarganya pindah ke belahan dunia lain yaitu Singapura. Diantara beberapa alasan lainnya, Theo tertarik dengan semangat untuk memajukan Asia Tenggara yang dimiliki oleh dua pendiri perusahaan muda. Theo terkesan dengan misi Anthony dan Hooi Ling yang ditujukan untuk Grab, bagaimana mereka dapat mengidentifikasi kebutuhan nyata di Asia Tenggara, dan segera menjawab kebutuhan tersebut untuk membawa perubahan.
Beliau berkata bahwa saat dia memulai perannya sebagai CTO Grab, perusahaan ini tengah berada dalam “pertumbuhan sangat cepat”.
“Hari ini, kami bukan saja platform transportasi terbesar di Asia Tenggara, kami juga merupakan platform teknologi finansial (fintech) No. 1, dan segera akan menjadi penyedia jasa pesan antar makanan No. 1 di Asia Tenggara,” jelasnya. “Grab telah diunduh sebanyak 109 juta kali, yang berarti, kami ada di 1 dari 4 perangkat di Asia Tenggara. Hal ini menjadikan kami sebagai platform konsumen terbesar di Asia Tenggara.”
Dalam konferensi Tech in Asia Jakarta 2018 baru-baru ini, Theo berbicara mengenai fase baru yang tengah dijalani Grab, dan mengulas perjalanannya selama satu tahun sebagai seorang CTO.
Theo berbagi lebih banyak informasi yang terangkum sebagai berikut:
Mengapa Anda memutuskan bergabung bersama Grab satu tahun yang lalu?
Saat saya mendengar tentang kesempatan untuk bergabung di Grab, saya merasa tertantang akan kemungkinan berkontribusi untuk turut memajukan salah satu kawasan ekonomi yang berkembang dengan pesat – Asia Tenggara. Kesempatan ini menjadi sebuah prospek yang sangat menarik untuk membangun serangkaian produk dan layanan yang akan membawa kemudahan dan pendapatan bagi ratusan juta orang di Asia Tenggara. Dengan latar belakang pengalaman kerja di Amerika Serikat, pekerjaan ini memberikan saya perspektif yang berbeda tentang bagaimana pekerjaan yang saya dan tim lakukan, dapat memberikan dampak bagi masyarakat. Berbeda halnya saat Anda menghadapi kendala pada pemutaran video online; atau ketika pelanggan Anda tidak dapat mendapatkan penghasilan pada hari tersebut. Para wirausahawan mikro – dimana sebagian besar dari mereka bekerja keras untuk meningkatkan penghasilan mereka – bergantung kepada kami. Keputusan yang kami ambil setiap hari berdampak langsung kepada mereka dan kami menjalankan tanggung jawab kami dengan sangat serius.
Apa yang menjadi prioritas Anda saat bergabung dengan Grab?
Sebagai seorang engineer, hal yang paling penting tentang pengembangan teknologi adalah memahami siapa pengguna teknologi yang Anda ciptakan, dan masalah apa yang Anda coba untuk selesaikan. Jadi, prioritas pertama saya adalah mengetahui secara pasti kondisi pasar dan masyarakat di Asia Tenggara. Saya menghabiskan banyak waktu di awal untuk mengunjungi negara yang berbeda-beda. Kunjungan ini juga masih saya lakukan hingga sekarang.
Apa yang telah Anda pelajari setelah bergabung dengan Grab?
Dulu saya berpikir bahwa Asia Tenggara sangatlah berbeda dari hal-hal yang telah saya temui sebelumnya. Namun saya segera menyadari bahwa wilayah ini tidak jauh berbeda dengan Atena, kota di mana saya dilahirkan. Kedua kota ini merupakan wilayah yang tengah berkembang. Saya ingat ketika mengunjungi sebuah toko, salah satu merchant pembayaran digital kami di Indonesia, dan berbicara dengan pemiliknya, saya mendengar kisah tentang bagaimana dia mewarisi tempat tersebut dari orang tuanya dan hingga saat ini, dia masih tinggal di sana bersama dengan saudara-saudaranya. Saya ingat perasaan takjub saat melihat bagaimana tradisi dan modernisasi dapat bersatu. Tempat tersebut terlihat sangat tradisional, tua, namun bisnis ini menggunakan aplikasi seluler kelas atas yang benar-benar mengubah model bisnis. Para pemimpin di Grab benar-benar percaya dengan konsep turun ke lapangan sesering mungkin, dan berbicara dengan mitra pengemudi kami, pengguna kami, dan merchant kami. Tetapi lebih dari sekadar percakapan, penting bagi kita untuk benar-benar memahami dan menyelami kehidupan mereka
Sebagai seseorang yang pernah bekerja di Google dan Microsoft, juga seorang wirausahawan, bagaimana Anda menyeimbangkan aspek teknis dan bisnis dalam peran Anda sebagai CTO?
Saya sangat percaya dengan dua prinsip mendasar (double bottom line) – selain menguntungkan, kita juga harus membangun sebuah teknologi yang juga berfokus kepada dampak sosial yang diciptakannya. Pada akhirnya, itulah fungsi utama teknologi. Kita tidak menciptakan teknologi untuk teknologi itu sendiri, tapi untuk menyelesaikan permasalahan, menciptakan peluang, juga untuk mengangkat derajat dan pendapatan masyarakat. Salah satu kelebihan kompetitif yang dimiliki Grab adalah dekatnya hubungan antara operasional dan sistem. Bahkan seorang engineer perlu mengetahui rasanya menjadi pelanggan, mitra pengemudi ataupun agen Kudo. Itulah cara terbaik bagi mereka untuk benar-benar memahami masalah dan cara terbaik untuk menyelesaikannya.
Apa tantangan terbesar Anda sebagai CTO?
Seiring pertumbuhan Grab, mempekerjakan orang yang memiliki kesamaan tujuan dengan perusahaan merupakan hal yang penting. Kami mencari orang-orang yang berkomitmen terhadap visi kami untuk mendekatkan orang-orang dengan apa yang mereka inginkan, bukan hanya para engineer atau divisi pemasaran yang cerdas. Kami ingin merangkul individu yang benar-benar percaya kepada visi kami untuk mendorong kemajuan Asia Tenggara. Namun hal yang paling utama adalah saat kami tumbuh lebih besar, sangat penting bagi kami untuk tidak melupakan budaya perusahaan yang telah membuat kami berhasil sejak awal. Individu-individu yang kami cari adalah mereka yang gesit, tetapi di atas segalanya, bersedia untuk berkolaborasi.
Mari berbicara tentang sumber daya manusia (SDM) di Asia Tenggara. Apa strategi Grab untuk mempertahankan dan mengakuisisi SDM?
Pada mulanya, mencari SDM yang paham teknologi merupakan tantangan yang begitu besar. Yang kami lihat bahwa SDM teknologi yang mumpuni di Asia Tenggara umumnya telah bekerja di luar kawasan ini karena belum banyak industri yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan karir. Namun kami memutuskan cara berbeda, jadi bukan hanya mempekerjakan, kami juga melatih talenta-talenta baru dengan mitra akademik (seperti NUS AI Lab), dan kami telah mendirikan pusat R&D di berbagai kota seperti Jakarta dan Ho Chi Minh City untuk mengembangkan SDM. Jadi kami membalik tren yang ada, dan menjadikannya sebagai cara untuk berkontribusi untuk Asia Tenggara. Secara paralel, kami juga telah menjadi magnet bagi SDM teknologi di dunia, yang juga sadar bahwa pekerjaan yang kami lakukan saat ini di Grab tidak sama seperti yang dilakukan di bagian dunia lainnya.
Apa rencana Anda selanjutnya?
Kesempatan besar terkait industri teknologi yang kami miliki adalah untuk memanfaatkan potensi dari besarnya jumlah data yang kami terima dalam platform kami setiap harinya. Kami memiliki potensi untuk membangun produk dan layanan yang lebih baik bagi pengguna kami, juga bekerja sama dengan pemerintah dan mitra lainnya untuk memahami Asia Tenggara dengan lebih baik dan membantu menyelesaikan masalah yang lebih besar seperti kemacetan lalu lintas. Saya benar-benar percaya kami memiliki peran nyata dalam mendorong terciptanya kota-kota yang lebih cerdas di Asia Tenggara.
Untuk mencapai hal tersebut, kami akan terus berinvestasi dalam data, AI dan machine learning. Dan secara paralel, bekerja sama dengan mitra lainnya, seperti yang telah kami lakukan dengan NUS dan Microsoft untuk benar-benar menciptakan perbedaan terbesar dalam waktu sesingkat mungkin.
Terakhir, masukan apa yang Anda memiliki untuk CTO lainnya di Asia Tenggara?
Fokus pada masalah yang paling Anda pahami dan tidak diketahui oleh orang lain. Dan bangun produk yang dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Tidak menjadi soal jika seseorang memiliki produk yang lebih bagus tapi tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tepat, Anda dan produk Anda pasti memiliki keunggulan lebih dibanding produk tersebut berkat kemampuannya menyelesaikan masalah yang ada.