Sopir Taksi Online Nyaris Dibayar Gula oleh Penumpang di Yogyakarta

Yogyakarta – Sudah empat tahun lebih Robertus Satya Swandaru Wibowo, bergabung menjadi mitra pengemudi GrabCar. Kegiatan itu dilakoninya di sela-sela aktivitasnya sebagai pegawai kantoran di salah satu perusahaan swasta di Jogja. Di samping menjadi sarana menambah penghasilan, pria yang akrab disapa Satya ini juga menambah pengalaman baru, bahkan selama pandemi ini, banyak hal yang terjadi selama ia mengantar penumpang. Salah satunya sempat dibayar dengan gula.

Saat itu, ia baru saja pulang dari Klaten untuk mengantar penumpang. Saat melintasi Kalasan, Sleman di petang hari, aplikasinya berdering menampilkan notifikasi permintaan pengantaran dengan tujuan sebuah rumah sakit di Jogja. Tanpa pikir panjang, Satya pun langsung menyanggupi permintaan jasa tersebut.

“Ternyata penumpang tersebut merupakan pasien Covid-19. Ibu tersebut menelpon untuk menjelaskan keadaannya kalau dia hanya bisa bayar secukupnya, nggak sesuai aplikasi. Mungkin memang sedang kesulitan, saya nggak masalah,” ungkapnya.

Sesampainya di rumah sakit, rupanya penumpang itu hendak membayarnya dengan gula. Ia pun menolak dan meminta ibu tersebut menyimpan gulanya karena ia ikhlas mengantar. “Kadang kalau kita kerja itu, untuk beberapa sisi, ya untuk kemanusiaan juga,” kata Satya.

Satya menambahkan bahwa di awal pandemi, memang banyak penumpang yang tidak berkata jujur kalau dirinya tengah terpapar COVID-19. Namun tak jarang juga ia mendapatkan penumpang yang memberitahukan bahwa dirinya merupakan pasien COVID-19 dari awal pemesanan. “Awalnya saya sangat khawatir tapi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan adanya GrabProtect saya semakin berani dan percaya diri untuk mengantarkan penumpang sampai tujuan,” jelasnya. 

Satya pun merasa terbantukan dengan adanya layanan ganti tujuan di aplikasi GrabCar. Dengan begitu, ia tetap bisa mengantar penumpang ke rumah sakit lain yang memiliki ketersediaan kamar. Ia bahkan pernah menempuh perjalanan hingga 3 jam untuk berpindah mencari rumah sakit yang bisa menerima pasien COVID-19.

Sebelum menjalankan aktivitasnya sebagai mitra pengemudi GrabCar, Robertus Satya rajin untuk membersihkan kabin kendaraannya dengan desinfektan.

Cara tersebut didapatkan oleh bapak satu anak ini setelah dirinya mengikuti berbagai macam pelatihan di GrabAcademy. Melalui pelatihan tersebut, Satya tahu betul bagaimana memberikan pelayanan terbaik, menerapkan protokol kesehatan agar tidak memiliki potensi penularan virus. 

“Bersyukur sejauh ini saya sehat. Jika ada menerima pesanan dari penumpang yang mengaku maupun tidak mengaku positif COVID-19, tetap saya perlakukan sama asal sesuai protokol kesehatan. Bisa dibilang di masa pandemi ini kita anggap semua orang memiliki potensi terpapar COVID-19 aja, yang penting tetap waspada,” tuturnya. 

Menghabiskan waktu bersama keluarga, salah satunya dengan menemani si kecil belajar merupakan cara Robertus Satya agar tetap dapat berkumpul bersama sebelum bekerja.

Sigap memberikan pertolongan dan melayani terhadap penumpang memang sudah keseharian Satya yang bekerja sebagai mitra pengemudi GrabCar. Sudah empat tahun lebih ia bekerja sebagai sopir taksi online. Kegiatan tersebut ia lakoni di sela-sela aktivitasnya sebagai pegawai kantoran di salah satu perusahaan swasta di Yogyakarta. 

“Bekerja sampingan menjadi pengemudi sopir taksi online, merupakan salah satu cara buat saya untuk mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga,” jelasnya. 

Lantaran statusnya masih pegawai kantoran, Satya pun harus pintar-pintar dalam mengatur waktu untuk mengantar penumpang. Pria bertubuh gempal ini mengawali langkahnya dari rumah di Trimulyo, Jetis, Bantul dan bergegas menuju pangkalan favoritnya di Stasiun Tugu Jogja untuk menanti calon penumpang. Tepat pukul 9 pagi, ia pun mulai bergeser ke kantornya yang terletak di Jalan Magelang, Sleman. 

“Biasanya sebelum matahari terbit, saya sudah mulai berangkat dan menyalakan aplikasi agar mendapatkan penumpang lebih awal sebelum saya masuk kantor. Terkadang suka merasa sedih, karena tidak bisa menghabiskan waktu luang bersama keluarga. Pagi menjadi pengemudi taksi online, siangnya bekerja di kantor sehingga sesampainya di rumah pun sudah gelap,” pungkasnya.