Sate Lisidu Surabaya, Bersih Tanpa Arang

 

Hujan yang turun dari subuh, mendorong udara sepoi keluar dari balik ventilasi ruangan. Rasanya enak sekali, tetapi walau membuai, tak membuatku mengantuk. Malahan mata jadi segar. Meski barusan lembur semalam. 

Sambil mantengin layar ponsel, sesekali kuistirahatkan mata dengan melirik dinding yang temaram. Matahari pun belum sepenuhnya bangun. Mendung di luar menahan sinar teriknya keluar. Kepalaku di kasur, tetapi perut mulai nggak akur. 

Satu dua opsi makanan melayang bebas di angan, dari mie ayam, nasi uduk, sampai sate. Dan aku pun bergerak, menarik sepatu dari belakang bangku, dan keluar dari pintu.

 

Di Surabaya, dari subuh pun sudah ramai aktivitas. Jarum jam sudah menunjuk angka 9 dan sate kuputuskan sebagai tujuan. Meski biasanya sate adalah menu makan malam, kebetulan sekali ada satu tempat rekomendasi teman, yang menyediakannya sebagai sarapan. Lokasinya di Jalan Kutai, kuingat kata-katanya. 

 

Memasuki rumah makannya, konsep interior yang nge-pop dengan polesan cat berwarna cerah, menyambutku. Lampu neon yang terang membangunkan mata, berkolaborasi cantik dengan alunan musik jazz yang mengalun syahdu. Beberapa lukisan nampak menggantung di dinding. Suasananya membuat betah, kataku, untuk berlama-lama.

Kupesan satenya. Dan kubuka obrolan santuy bareng pelayan. Pemilik tempat ini bernama Elgi, katanya, yang tak lain adalah penerus langsung ayahnya sang perintis usaha, Bapak Istianto. 

Sate Ayam Lisidu mulai dijajakan di tahun 1997, lanjutnya bercerita. Berangkat dari berjualan di garasi rumah dan beberapa kali pindah lokasi, akhirnya sekarang bisa menetap di wilayah Darmo.

Nama Lisidu juga awalnya sederhana. Terinspirasi dari nomor plat Kijang Rover silver tahun 1997 milik Bapak Istianto, yang kalau dibaca menjadi Lisidu, dari L 1551 DU.

Nggak lama menunggu, sate datang buatku.

Secara penampilan, Sate Ayam Lisidu ternyata memang cenderung ‘bersih’ dengan tidak banyak arang menempel di dagingnya. Dan ini karena cara mengipasnya dari bawah ke atas. Hm…

Satu, dua, hingga beberapa tusuk sate segera ludas masuk perut. Rasa satenya benar-benar berbeda dengan sate berbumbu kacang yang biasa kumakan. Tekstur satenya empuk saat digigit, dan lembut saat dikunyah. Aroma bumbu kacangnya terasa kuat dengan rasa manis gurih mendominasi indera. 

Sate ayamnya dua macam. Sate ayam kampung dan sate ayam bukan kampung. Karena kupesan keduanya, bisa cobain semuanya. Yang sate ayam bukan kampung rasanya empuk tanpa lemak. Sate ayam kampungnya juga tidak mengecewakan!

Setiap tusuk terdiri dari satu bagian ayam. Tinggal memilih mau bagian dada, paha, kulit, atau jeroannya. Dipadu dengan nasi hangat dan sup akan semakin manjakan kalbu. Duh, maknyus…..

 

Sate Ayam Lisidu berbeda dari sate umumnya, karena mengolah dan menyajikannya juga berbeda. Terbuatnya dari daging ayam kampung betina berusia muda. Tiap tusuknya berisi 4-5 potong daging yang langsung dibakar di atas bara api, yang sebelum dibakar, satenya dimasak bersama campuran rempah. 

Bentuk satenya yang pipih pun konon yang membuat bumbunya menjadi jauh lebih dalam meresap. Potongan daging yang besar-besar menambah kepuasan.

Bumbu kacangnya spesial, terbuat dari kacang Tuban. Olahan kacangnya telah melalui proses sangrai dan digiling secara sempurna. Sehingga bercita rasa manis dan istimewa di lidah.

“Bumbu kacangnya saja sudah cukup untuk menjadi lauk makan,” kataku.

Sajian sate lisidu ini sangat melegenda, sampai-sampai beberapa kali terpilih jadi hidangan Istana Kepresidenan pada HUT Proklamasi Kemerdekaan, lanjut sang pelayan bercerita.

Nggak salah rekomendasi temanku. Nggak nyangka juga sarapanku adalah menu jamuan di istana presiden, yang lolos seleksi pakar makanan yang lebih jago menilai. 

Kurebahkan punggung pada bangku karena kenyang yang nggak nanggung. Posting foto sateku beserta caption semampunya, sambil menunggu GrabCar datang mengantarku ke destinasi selanjutnya, museum kapal selam di tengah kota.

Surabaya oh Surabaya. Senang mengejutkan selera, dengan beragam kulinarinya. Kemarin minum kopi arab, sekarang sate tanpa arang. 

 

ALAMAT Jalan Kutai No.53-C, Surabaya, atau pesan di GrabFood

HARGA Kira-kira Rp35.000 per porsi

DETAIL Buka setiap hari dari pukul 10 pagi sampai 11 malam

MENU REKOMENDASI Sate