Medan, 27 Maret 2020 – Nicodemus Harianja (41) dan Erika Sibagariang (41) merupakan sepasang suami-istri yang saat ini terus bekerja, di tengah ancaman pandemi COVID-19. Di tengah situasi yang begitu rawan, mereka tidak pasrah begitu saja pada keadaan. Keduanya bekerja lebih keras dan cerdas, supaya semua kebutuhan hidup keluarganya dan masyarakat sekitar tetap terpenuhi dengan memanfaatkan teknologi.
Awalnya, pasangan suami-istri tersebut bergabung dengan GrabKios demi memajukan toko kelontong milik mereka. Nico, panggilan akrabnya, telah merintis toko itu sejak 20 tahun lalu ketika ia masih belum menikah dan kini telah jauh lebih berkembang. Selain sebagai mitra GrabKios, Nico juga bekerja sebagai mitra GrabCar untuk memperkuat perekonomian keluarga, meski saat ini untuk sementara waktu sedang tidak aktif.
“Bergabung dengan GrabKios kami lakukan untuk menarik minat pembeli yang datang ke toko kami untuk melakukan pembayaran tagihan bulanan, misalnya listrik atau BPJS. Jadi kalau ada yang mau bayar tagihan, pulangnya pasti belanja,” ujar pria berambut sebahu yang akrab disapa Nico ini.
Toko kelontong yang dikelola Nico bersama istrinya sudah jauh berubah jika dibandingkan dengan saat pertama kali merintis. Jika dulu masih berdinding papan 2×3 meter, sekarang sudah lebih besar dan bisa menyediakan lebih banyak barang. Kemudian melalui GrabKios, Nico juga memperluas layanannya sampai pada top-up Grab dan Payment Point Online Bank (PPOB) untuk tagihan secara online seperti listrik, PDAM, serta BPJS.
Namun sementara waktu ini, Nico dan Erika berjuang lebih keras dibandingkan biasanya. Menurut Erika, dampak pandemi COVID-19 di Medan terasa semakin kuat dan memengaruhi usaha banyak orang di sana. Toko mulai sepi karena orang-orang mulai jarang ke luar rumah.
“Kalau di Medan mungkin belum separah di Jakarta, masih berusaha menjalani seperti biasa. Akan tetapi ada rasa was-was karena (virusnya) bukan sesuatu yang kelihatan. Sekarang semua toko sepi. Barang banyak nggak jalan (terjual). Orang beli kebutuhan pokok seperti beras, itu tidak lagi seperti dulu. Biasanya beli karungan, sekarang berubah jadi kiloan. Jadi itu efeknya yang benar-benar terasa,” tambah Erika.
Nico dan Erika tidak tinggal diam menghadapi situasi tersebut. Jika pelanggan berkurang karena semua orang sedang menerapkan imbauan sosial distancing, maka mereka menyiasatinya dengan membuka pemesanan barang melalui WhatsApp. Dengan cara demikian pelanggan tidak lagi perlu datang, cukup mengirim pesan saja maka barang yang diinginkan akan diantarkan ke tujuan. Layanan delivery dulunya biasa digunakan untuk pelanggan yang memesan galon. Akan tetapi sekarang, layanan tersebut bisa dipakai untuk mengirim pesanan barang apapun. Tentunya, semua pengantar dianjurkan menjaga kebersihan dan menggunakan alat pelindung diri juga.
“Bisa WhatsApp untuk beli apapun. Roti dan makanan ringan pun kita hajar, dikirimkan kalau ada yang memesan. Jadi bukan cuma galon dan gas saja yang bisa diantarkan. Untuk pembayaran kami imbau menggunakan OVO supaya lebih cepat dan higienis” jelas Erika.
Nico dan Erika adalah sepasang dari banyak wirausahawan mikro yang diberdayakan melalui GrabKios dan kini tengah berjuang melawan dampak pandemi COVID-19 di Medan. Grab, sebagai perusahaan aplikasi serba bisa terkemuka di Asia Tenggara, memiliki berbagai inisiatif guna mendukung upaya tersebut, yakni melalui gerakan #KitaVSCorona yang diluncurkan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Medan.
Melalui gerakan #KitaVSCorona, Grab telah membagikan ribuan masker, hand sanitizer, dan menyemprotkan desinfektan pada kendaraan mitra pengemudi GrabBike serta GrabCar, juga seluruh mitra pengantaran GrabFood serta GrabExpress. Grab juga melakukan edukasi mengenai gaya hidup sehat dan pencegahan penyebaran COVID-19 melalui fitur GrabHealth. Sedangkan khusus untuk pengantaran GrabFood dan GrabExpress, telah diterapkan fitur pemesanan tanpa kontak sebagai langkah perlindungan bagi pelanggan sekaligus mitra.