Niat Di atas Pengalaman: Belajar Merintis Bisnis Makanan Bersama Dorokdokcu

Bandung, November 2019 – Belum pernah terpikirkan sebelumnya di benak Ulfah Nurfebrianti, di usianya yang ke-25, mojang asli Bandung ini sukses merintis usaha camilan tradisional: dorokdok. Bisnis yang menjadi pengalaman pertamanya ini ternyata mampu membuka pintu rezeki banyak orang. Tidak hanya di lingkungannya, bahkan hingga luar kota.

Ulfah, yang kerap dipanggil Ucu ini, adalah pendiri camilan Dorokdokcu. Dorokdok sendiri merupakan kerupuk kulit khas Jawa Barat. Dinamakan dorokdok karena diambil dari bunyi renyahnya camilan tersebut saat digigit. Sementara itu, soal nama Dorokdokcu, adalah gabungan dari dorokdok dan nama panggilannya.

Menurut Ucu, awalnya bisnis camilan ini tidak disengaja. Saat Mei 2019, Ucu yang senang jalan-jalan ini mengunggah Instagram Story soal dorokdok. Dorokdok yang dibungkus plastik sebesar guling itu ternyata direspons teman-temannya. Mereka meminta Ucu mengirimkannya ke rumahnya.

Beberapa waktu kemudian, teman-teman Ucu ternyata meminta dorokdok itu dikirim lagi. Melihat adanya peluang, Ucu mencoba membuatnya menjadi usaha. Bermodalkan uang pinjaman dari orang tua, kisah bisnis yang baru 5 bulan tapi sudah membuka distributor di 25 kota di Indonesia ini pun bermula.

“Modal awal jualan itu Rp 1,5 juta. Dulu aku minjem ke orang tua. Dulu siang-siang aku bilang, ‘Mah, pinjem uang ya, sore ini aku balikin’,” kata Ucu.

“Uang itu aku beliin 15 bungkus dorokdok. Dulu modal dua foto doang di Instagram. Aku open order di story soal dorodok guling ini. Akhirnya, dari 15 bungkus yang dijual, yang minat ada 32. Sore itu, uang modal aku kembaliin ke mama, dan dana itu diputarkan hingga Dorokdokcu sebesar ini. Awalnya dari 15 bungkus per hari, kini sekitar 4.500 bungkus bisa terjual per hari,” tutur Ucu.

Ucu mengaku tidak pernah bercita-cita jadi pebisnis. Selain itu, keluarganya pun tak memiliki latar belakang bisnis.

“Sama sekali enggak pernah bercita-cita untuk bisnis dan tidak pernah terbayang untuk berbisnis. Basic dari keluarga itu semuanya pekerja. Terus mamah dan papah juga bilang, ‘udahlah, ngapain bisnis, kerja aja yang puguh (jelas penghasilannya), yang sudah terjamin dan lain-lain’,” jelasnya.

Namun, Ucu mengambil risiko untuk mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut. Karena itu, dia mengajak temannya, Lutfi Azhar untuk membesarkan bisnis Dorokdokcu.

Dalam menjalankan usahanya, Ucu dibantu oleh Lutfi. Berbeda dengan Ucu, Lutfi lebih berpengalaman di bidang bisnis. Beberapa jenis bisnis pernah dia coba. Mereka lantas mengembangkan bisnis ini hingga sekarang, mulai dari varian rasa, promosi, dan sebagainya.

Kerja keras ini pun membuahkan hasil. Distributor dorokdokcu sudah bertambah di kota-kota lain di Indonesia, dan terus berkembang.

“Kalau reseller di Bandung sudah ada 200 lebih. Kalau distributor sudah ada di 25 kota di Indonesia. Di Sumatera buka di Lampung dan Palembang. Di Kalimantan ada di Banjarmasin. Bandung sendiri sudah ada lima 5 distributor. Dalam waktu dekat, Dorokdokcu akan membuka cabang di Balikpapan, Samarinda, Pontianak, dan Palangkaraya,” ujar Lutfi yang gemar bermain game ini.

Lutfi menambahkan, Dorokdokcu pun sudah tersebar di Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Gresik, Pasuruan, hingga Sidoarjo.

Kini, Dorokdokcu yang memiliki varian rasa jeruk pedas, pedas gurih, original, asin gurih, jagung bakar, pedas cikur, dan barbeque ini terjual 33.000 sampai 50.000 bungkus dalam sebulan.

Atas capaian bisnis ini, Lutfi mengatakan, “Pokoknya omzet kita, yang dulu kita enggak terbeli mobil, sekarang bisa beli mobil.”

Namun, ada hal selain materi yang membuat Ucu dan Lutfi bersyukur dan bahagia, yakni bersilaturahmi dan membantu sesama.

“Dorokdokcu istilahnya menyatukan dunia. Dorokdokcu membuat kami senang karena dari sini kami bertemu teman-teman lama. Ketemu teman SMA, SMP, SD, yang jadi reseller,” ujar Lutfi. “Terakhir ketemu mungkin 10 tahun yang lalu, tapi dengan dorokdok ini jadi ketemu lagi.”

Pasar dari Dorokdokcu sendiri memang fokus di media online sehingga koneksinya lebih luas. Dalam sehari, 30-50 pengiriman dorokdok (80%) menggunakan layanan GrabExpress. Ucu mengaku layanan ini cepat, mudah dan aman.

“Kita tinggal masukin titik penjemputan dan titik yang dituju, terus mitra kurirnya datangnya cepat, pokoknya membantu banget untuk bisnis. Saya juga paling suka dengan fitur pelacakan langsung dan bukti pengiriman. Jadi saya tinggal kirim tautan pengiriman ke pelanggan dan kita bisa sama-sama tahu kurir sudah ada dimana. Saat pengambilan dan pengantaran barang, kurir juga akan ambil foto barang dan akan dikirimkan kepada kami setelah pengiriman selesai. Jadi lebih aman pastinya,” ujar Ucu.

Selain itu, ada juga fitur pengiriman langsung ke tiga titik antar. “Jadi saya tidak usah pesan berkali-kali. Cukup satu kali pesan, mitra kurir bisa kirim ke tiga alamat berbeda. Hemat waktu banget!”

Ucu menambahkan, banyak juga pengemudi Grab yang penasaran karena sering jemput dan kirim barang dari Dorokdokcu. Akhirnya, mereka memutuskan menjadi reseller.

“Banyak mitra pengemudi bilang, ‘alhamdulillah banget setelah jualan ini jadi ngebantu. Istri yang tadinya di rumah enggak ada kerjaan jadi bisa jualan, ada kerjaan’,” ujar Ucu menirukan.

“Terus yang paling haru, reseller itu kan bukan hanya teman kita. Ada stranger, terus datang, dan jadi reseller. Setelah bergabung, mereka bilang, ‘Makasih ya, karena jualan dorokdok, rezekinya jadi bla bla bla, nambah tabungan anak, terus mereka mendoakan kami, semoga rezekinya tambah terus ya, sudah membuka jalan rezeki untuk banyak orang’,” tambah Ucu.

“Hal itu membuat kami mengerti bahwa bisnis itu bukan sekadar mengejar materi, tapi bisa bermanfaat untuk orang lainnya. Itu yang membuat senang dan tenang. Apalagi ketika mendapatkan doa dari mereka,” tutur Ucu.

Tidak hanya di perkotaan, di kampung tempat dorokdok dibuat, Dorokdokcu pun berdampak positif terhadap ekonomi warga setempat.

“Yang tadinya hanya beberapa karyawan, produksinya bertambah, pengiriman luar kota bertambah, otomatis banyak pekerja yang baru. Alhamdulillah, bukan kami yang hebat, Allah yang memudahkan semuanya. Saat kami main ke pabrik, kalau kami datang, karyawan-karyawan yang mayoritas ibu-ibu begitu antusiasnya dan berterima kasih. Itu yang bagi kami adalah nilai dari usaha ini,” ucap Ucu.

Ke depan, Ucu dan Lutfi berencana mengembangkan usahanya jadi go internasional dan membangun rumah Tahfiz Alquran.

Ucu dan Lutfi adalah satu dari 5 juta wirausahawan mikro yang mampu mengembangkan usahanya setelah tergabung dalam platform Grab di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics di tahun 2018, mitra merchant yang bergabung dengan GrabFood rata-rata melihat peningkatan penjualan sebesar 25% dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp11 juta/bulan.

Khusus di kota Bandung, data menunjukkan Grab berkontribusi sebesar Rp 10.1 triliun pada tahun 2018. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh GrabBike dengan nilai Rp 4,59 triliun, yang selanjutnya disusul oleh GrabFood dengan nilai kontribusi sebesar Rp 3,76 triliun. GrabBike dan GrabCar juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja di Kota Bandung. Sebelum bermitra dengan Grab, 38% mitra GrabBike, dan 39% mitra GrabCar tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali.