Makassar, October 2019 – Sudah empat tahun lamanya, Tamsil (33) menjadi seorang petugas pemadam kebakaran di Kota Makassar. Statusnya sebagai seorang single parent membuatnya harus mencari pendapatan lebih. Pendapatannya sebagai seorang petugas pemadam kebakaran masih tak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Tamsil sendiri memiliki dua orang putri. Sejak berpisah dengan istrinya enam tahun lalu, Tamsil membesarkan kedua putrinya seorang diri. Putri sulungnya kini berumur 13 tahun dan si bungsu 11 tahun. Saat, ini Tamsil masih tinggal di rumah orang tuanya. Ia berharap bisa membangun rumah sendiri dari penghasilannya. Pendapatannya sebagai pemadam kebakaran hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia memerlukan pemasukan tambahan untuk keluarganya.
Tamsil kemudian memutuskan bergabung menjadi mitra GrabBike. Awal mula dirinya bergabung karena ajakan seorang teman seprofesinya yang lebih dulu menjadi mitra GrabBike. “Awal masuk di Grab itu karena ajakan dari teman yang juga merupakan petugas pemadam kebakaran. Istilahnya biar ada tambahan begitu. Di sisi lain saya juga ada keluarga, ada orang tua, dan dua orang anak yang perlu dibiayai. Akhirnya saya coba dan Alhamdulillah pendapatan dari Grab ini bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan ada yang bisa disimpan buat tabungan,” terangnya.
Dalam kesehariannya, Tamsil kerja piket selama 24 jam, setelah itu dapat libur dua hari. Ia merasa meskipun bekerja sebagai mitra GrabBike, namun tidak mengganggu pekerjaannya sebagai pemadam kebakaran. Di waktu luang, Tamsil gunakan untuk narik GrabBike.
Meski baru 9 bulan menjadi mitra GrabBike, Tamsil merasa sangat terbantu. Ia mengaku, baru tiga bulan pertama menjadi seorang mitra, ia sudah mampu mencicil motor sendiri. “Saya bergabung dengan Grab sejak Januari 2019. Jadi awalnya itu saya daftar dan jalankan Grab ini menggunakan motor orang tua. Berselang tiga bulan, Alhamdulillah saya sudah bisa cicil motor sendiri dan daftar ulang dengan motor saya sendiri,” kisah pria yang gemar memancing ini.
Padahal, Tamsil tak begitu mengejar target. Menurutnya yang terpenting bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika dihitung-hitung, dalam sebulan ia memiliki libur rata-rata 20 hari. Waktu itulah yang dimanfaatkannya.
“Saya mulai narik setelah lepas jaga, sekitar pukul 9 atau 10 pagi. Di hari berikutnya saya mulai setelah shalat Subuh sampai sore. Sebelum shalat Maghrib saya sudah harus di rumah, kalau saya sendiri tidak terlalu berpacu pada target, yang penting ada penghasilan dan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, karena di rumah juga ada keluarga yang menunggu. Saya tak mau mengabaikan itu,” jelasnya.
Tamsil memiliki tanah warisan dari orang tuanya, penghasilannya sebagai pengemudi GrabBike ia sisihkan untuk membangun rumahnya sendiri bersama anak-anaknya. Ia semakin termotivasi untuk giat bekerja.
Selama sembilan bulan bergabung di Grab, Tamsil mengatakan banyak suka duka yang didapatkannya. Ribuan karakter penumpang sudah dihadapinya. Ada penumpang yang baik, ada juga yang sering marah. Tapi menurutnya hal tersebut cukup dibawa santai saja.
“Kadang kita di minta cepat-cepat, apalagi penumpang yang jauh penjemputannya. Disisi lain kita tetap harus jaga konsentrasi dalam berkendara. Ya tergantung dari kita bagaimana kita menyikapi penumpang,” ucapnya. Tamsil sendiri mengaku lebih senang jika mendapatkan orderan pengantaran yang jaraknya jauh. Sebab ongkos yang diterimanya cukup besar.
Hadirnya Grab di Makassar diakuinya sangat membantu, bukan hanya bagi seorang pengemudi melainkan juga bagi para pengguna jasa. “Kadang kalau saya ada penumpang yang jauh pengantarannya sementara anak saya sudah pulang sekolah dan tidak memungkinkan saya untuk menjemput, saya akan pesankan Grab untuk mengantar anak saya pulang. Apalagi saya inikan duda, anak-anak saya yang mengurus, dengan adanya Grab jadi lebih mudah antar jemput anak,” paparnya.
Sebelum bergabung di pemadam kebakaran dan Grab, segala jenis pekerjaan telah dilakoninya demi melanjutkan hidup dan keluarganya. Kerja serabutan, buruh bangunan, hingga merantau ke luar daerah.
“Pernah merantau ke Jawa Timur, kerja instalasi jaringan karena saya lulusan SMK, tapi dari pekerjaan itu saya tertipu karena setelah pemasangan tidak ada bayaran sama sekali, sampai saya stress dan kembali ke kampung,” kisahnya.
Jauh sebelum bergabung di Grab, ia mengaku selalu meminjam uang kepada keluarganya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun, setelah bergabung di Grab, justru dirinyalah yang sering membantu keluarga.
“Jadi merasa terbantu sekali dengan pekerjaan ini. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan anak-anak saya. Dukungan dari keluarga sebagai seorang pengemudi GrabBike sangat positif. Keluarga pun tentu bangga, saya mampu menyeimbangkan pekerjaan sebagai petugas damkar dan pengemudi GrabBike serta tetap mengutamakan anak-anak dan keluarga,” ungkapnya bahagia.
Saat awal bergabung sebagai mitra GrabBike, Tamsil mengaku agak kesulitan dalam menggunakan aplikasi Grab. Maklum saja, ia tak begitu pandai dalam menggunakan gawainya. Untunglah ada rekannya yang membantu. “Saya bingung gimana cara menggunakan aplikasinya. Untung saja teman seprofesi yang juga mitra Grab membimbing saya. Dari situ saya pun diajak bergabung ke komunitas,” katanya.
Di komunitas, Tamsil mendapatkan begitu banyak hal positif. Ia bersyukur bisa banyak berkenalan dengan mitra-mitra Grab lainnya. “Ada banyak teman-teman driver yang mengajari dan itu sangat membantu sekali. Itulah juga gunanya komunitas untuk saling berbagi informasi. Jika ada yang punya masalah, pasti yang lain cepat merespon,” ujarnya.
Ia berharap, Grab bisa terus hadir untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. Berbagai kemudahan didapatkan dalam satu aplikasi.
“Saya akan selalu bergabung sebagai pengemudi karena memang penghasilannya sangat menunjang. Selagi kita giat dan rajin, penghasilan pun akan menjanjikan. Dan saya juga akan tetap menjadi petugas pemadam kebakaran karena ini adalah salah satu pekerjaan mulia bagi saya,” kuncinya.