Kisah Mitra Ojol yang Kini Jadi Mitra GrabFood: Teknologi itu Mempermudah Silaturahmi

Medan, November 2019 – Sudah lebih dari setahun, Hermansyah (33) menjadi mitra pengemudi GrabBike sejak dia berhenti bekerja dari perusahaan jasa penitipan barang. Ia bersama istri bersama-sama memenuhi segala kebutuhan 2 anaknya. Yang paling tua berumur 6 tahun dan yang kedua berusia 3 tahun. “Awalnya saat bergabung di GrabBike pada awal 2018 tidak langsung aktif di jalan, karena tidak percaya kalau akan menguntungkan,” ujarnya.

Hermansyah mulai serius untuk menjalankan orderan setelah diberitahu sesama mitra pengemudi GrabBike yang ditemuinya saat di jalan kalau sudah banyak yang bergabung dan pekerjaan ini sangat menyenangkan, selain juga menguntungkan. “Setelah saya jalani sebulan, pendapatan saya dibanding ketika saya bekerja di perusahaan sebelumnya bisa meningkat lebih dari 50%,” ujarnya sembari tersenyum.

Selama bergabung di Grab, Hermansyah mengatakan banyak suka duka yang didapatkannya. Beragam karakter penumpang sudah dihadapinya. Ada penumpang yang baik, ada juga yang sering marah. Tapi menurutnya hal tersebut cukup dibawa santai saja.

“Saya senang bertemu dengan penumpang yang doyan ngobrol, sehingga di jalan tidak merasa bosan. Tetapi sebagai mitra tidak boleh milih-milih penumpang. Yang penting saya berupaya menjalankan tugas sebaik mungkin,” ucapnya.

Dia mengatakan setelah berjalan beberapa bulan bergabung sebagai mitra GrabBike, dia melihat peluang untuk membuka usaha makanan di rumahnya dan bergabung dengan GrabFood. Dia dan keluarga memberanikan diri untuk berjualan burger dan kudapan lainnya melalui GrabFood karena usaha warung internet (warnet) yang dijalankan istrinya merugi dan akhirnya tutup. “Istri awalnya takut saat akan bergabung dengan GrabFood, dia khawatir tidak dapat memenuhi pesanan dari pembeli,” ujar Hermansyah.

Namun, ia berusaha meyakinkan istrinya kalau ia akan membantu istrinya untuk mengenalkan cara menggunakan aplikasi. “Saat pertama kali menerima pesanan burger dari pelanggan, istri ketakutan karena saya sedang nge-bid, akhirnya saya berhenti nge-bid dan kembali ke rumah untuk membantu,” ujarnya.

Dia pernah berhenti sementara nge-bid selama beberapa minggu untuk membantu sang istri menerima dan menyiapkan orderan GrabFood. Hermansyah juga menjelaskan secara perlahan aplikasi GrabFood kepada istrinya. “Saya menjelaskan langkah yang harus disiapkan kalau menerima pesanan burger ataupun kudapan lainnya, setelah istri mengerti baru saya mulai kembali narik,” katanya.

Hermansyah mengatakan usaha burger buka sejak pukul 09.00 hingga pukul 22.00 dari Minggu sampai Jumat. Khusus Sabtu, usaha burger bisa sampai pukul 24.00. “Kalau sedang ramai, satu pesanan bisa sampai puluhan burger ludes. Saya biasanya berhenti narik, kalau orderan burger lagi ramai,” pungkasnya.

Dia mengaku kalau saat ini penghasilannya dari menjadi mitra GrabBike dan GrabFood memang meningkatkan penghasilannya secara signifikan. “Usaha burger kami bisa cepat berkembang dengan bergabung ke GrabFood, seharinya bisa hingga 50 pesanan kami kerjakan dari GrabFood. Omset sebulan bisa jutaan dan meningkat terus setiap bulannya,” ujarnya.

Hermansyah bersyukur karena usahanya beserta istri terus berkembang hingga hari ini, apalagi sekarang usaha burgernya telah menjadi “resto pilihan”. Dia mengaku terkadang sering pulang ke rumah saat waktu tertentu, karena khawatir istrinya kewalahan melayani permintaan burger. “Kalau sekarang saya sudah tahu jadwal rame orderan burger, jadi bisa bagi waktu. Saya kasihan karena istri bekerja sendiri di rumah,” ujarnya.

Dia mengaku bergabung menjadi mitra Grab mengubah pandangannya. Dia melihat teknologi hari ini bisa membantu semua orang. Selain membantu tentu saja memudahkan hidup para penggunanya. Yang paling menarik untuk Hermansyah, ia melihat teknologi dapat mempererat silaturahmi. “Kalau mau makan sekarang tidak perlu repot, tinggal order. Kalau mau bekerja juga bisa bebas atur waktu untuk bekerja. Grab membuat hidup orang banyak menjadi lebih terbantu,” katanya.

Ia mengatakan dukungan dari keluarga dirasa sangat berarti saat menjalankan aktivitasnya di jalanan. Istrinya juga selalu mengingatkan untuk selalu berhati-hati di jalan dan tidak lupa menjalankan ibadah. “Saya tidak boleh arogan di jalan, harus tetap rendah hati dan tidak lupa sholat kata istri saya setiap kali mengingatkan,” ujarnya.

Selain keluarga, Hermansyah juga banyak terbantu dengan bergabung dengan komunitas GrabBike Birgjen Katamso (GBBK). Di komunitas, Hermansyah mendapatkan begitu banyak hal positif. Ia bersyukur bisa banyak berkenalan dengan mitra-mitra Grab lainnya. “Ada banyak teman-teman driver yang mengajari dan itu sangat membantu sekali. Itulah juga gunanya komunitas untuk saling berbagi informasi. Jika ada yang punya masalah, pasti yang lain cepat merespon,” ujarnya.

Riset dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics menunjukkan Grab berkontribusi sebesar Rp 2,66 triliun terhadap perekonomian Medan pada tahun 2018. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh mitra GrabBike sejumlah Rp 1,06 triliun, diikuti GrabFood sebesar Rp 1,03 triliun, GrabCar senilai Rp 541 milyar, GrabKios individual dan toko sebesar Rp 34 miliar. Sementara, pendapatan mitra pengemudi GrabBike meningkat sebesar 72% dan mitra GrabCar sebesar 86%. Juga, penjualan mingguan mitra merchant GrabFood meningkat sebesar 19%. Selain meningkatkan pendapatan para mitra, Grab juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja. 31% mitra pengemudi GrabBike dan agen individual GrabKios, serta 29% mitra pengemudi GrabCar tidak memiliki sumber penghasilan tetap sebelum bermitra dengan Grab.

Sesuai dengan komitmen #GrabForGood yang mendorong teknologi yang dipakai Grab memainkan peranan penting dalam memberdayakan para penggunanya untuk memenuhi harapan, ambisi, dan mimpi mereka. Untuk semua mitra pengemudi, platform teknologi mobile yang digunakan Grab tidak hanya menyediakan keleluasaan, tetapi juga  menghadirkan rasa damai bagi penggunanya.