Surabaya, Oktober 2019 – Perkembangan teknologi ialah suatu fase yang tidak dapat dihindari oleh manusia, termasuk penggunaan telepon seluler. Ponsel yang dulunya sederhana, kini sudah semakin canggih, bahkan bisa digunakan untuk berbisnis secara online. Usaha-usaha dengan basis online semakin banyak bermunculan, tanpa perlu bertatap muka, penjual dan pembeli dapat bertransaksi. Begitu pula yang dijalani oleh Oktavia Ayu Suryaningsih yang juga menjalani usahanya mulai dari offline hingga online.
Ayu merintis usaha konter pulsa bersama suaminya sejak tahun 2005 silam. Saat itu, Ayu masih menggunakan banyak handphone dalam menjalankan transaksi jualannya. Hal ini dikarenakan, diperlukan chip atau kartu dari masing-masing operator seluler untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat. “Jadi manual, satu handphone satu provider, karena kebutuhan orang-orang kan tidak sama semuanya,” ujarnya.
Selain itu, dalam melakukan pengisian ulang saldo pulsa yang akan dijual pun sering terhambat. Menurutnya, tidak semua sales operator seluler rutin bertandang ke kiosnya. Hal ini mengakibatkan sering terjadi saldo habis atau stok kosong untuk beberapa provider tertentu. “Otomatis saya bilang ke orang yang mau beli kalau kosong atau stoknya tidak tersedia,” katanya. Belum lagi jadwal penyetokan dari provider hanya satu minggu satu kali. “Dulu biasanya setiap hari Rabu, tapi masuknya tidak bisa Rabu pagi. Karena kuota, saya biasanya kena kuota sore. Jadi semakin lambat lagi masuknya,” ujarnya.
Hal ini dinilai bisa menghambat usahanya, karena bisa mengurangi jumlah pelanggan yang datang ke kiosnya. Di sisi lain, ketika melakukan pengisian saldo, Ayu harus menyetok masing-masing jenis kebutuhan. Misalnya untuk stok pulsa sebesar Rp5.000 dan Rp10.000 masing-masing. “Belum lagi stok untuk kuota internet. Memang harus satu-satu begitu,” ungkapnya.
Hambatan Ayu bertambah ketika memasuki tahun 2009 dengan adanya kebijakan cluster. Kebijakan ini mengakibatkan adanya pembatasan dalam melakukan pengisian pulsa maupun kuota antar daerah. “Kalau kita mau ngisi keluar kota ada jatahnya. Kalau penjualan melebihi jatah cluster, kita bisa diblok dan nggak dikasih saldo,” tuturnya. Padahal, pelanggan Ayu rata-rata adalah orang-orang kantoran yang biasanya berasal dari luar daerah. Biasanya, mereka membeli pulsa tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk keluarganya juga. “Untuk orangtua, anak-istri, saudara di kampung halaman mereka. Tapi kami tidak bisa maksimal melayani karena ada jatah terbatas itu tadi,” imbuhnya.
Perempuan yang akrab disapa Ayu ini adalah salah satu mitra agen GrabKios, pemilik Romiks Cell. Sejak menjadi agen GrabKios, semua keribetan itu tidak lagi dialami Ayu. Kini, ia tidak perlu memiliki stok pulsa maupun kuota tiap provider. “Hanya bermodalkan smartphone, kemudian men-download aplikasi GrabKios, semua sudah jadi satu. Walaupun kita isi saldonya sedikit, tapi kita bisa menjual semua item. Lebih praktis dan cara pengecekannya juga mudah,” ungkapnya.
Dalam satu hari, Ayu mampu mencatatkan transaksi sebesar Rp 4-5 juta. Jika saldo Ayu habis, Ayu hanya perlu melakukan top up saldo OVO saja. Kini, pelanggan senang membeli di konter Romiks Cell karena pelayanan yang cepat. “Selain isi pulsa dan kuota. Ada yang transfer uang juga,” ujarnya.
Kini Romiks Cell dapat melakukan transaksi dengan cepat dan akurat. Tidak lagi ribet untuk memastikan pulsa sukses atau tidak karena history terkirim secara otomatis saat transaksi. GrabKios yang merupakan singkatan dari ‘Kios untuk Dagang Online,’ pada dasarnya adalah layanan yang menjembatani dunia perdagangan online dan offline dengan berbagai jenis produk yang dibutuhkan masyarakat. Tak hanya itu, aplikasi ini juga menyediakan berbagai fitur yang lengkap, seperti untuk membayar tagihan listrik, internet, BPJS, transfer bank, dan sebagainya.
GrabKios menawarkan kesempatan bagi jutaan orang Indonesia untuk mengembangkan usaha mereka melalui teknologi. Pasalnya, GrabKios menyediakan akses ke berbagai macam pilihan produk serta layanan yang bisa diakses melalui aplikasi.
Model bisnis yang diusung GrabKios memungkinkan siapa saja menjadi agen atau reseller untuk menjual berbagai produk dari toko online yang telah jadi mitra GrabKios. Agen-agen ini bakal dibekali komputer tablet dan aplikasi GrabKios untuk menawarkan produk kepada orang-orang yang belum memakai ponsel pintar atau belum memakai internet. Katalog di aplikasi GrabKios diisi oleh produk-produk yang terdaftar di perusahaan e-commerce.
Ayu adalah satu dari 5 juta wirausahawan mikro yang tergabung dalam platform Grab di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics di tahun 2018, mitra merchant yang bergabung dengan GrabFood rata-rata melihat peningkatan penjualan sebesar 25% dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp11 juta/bulan. Selain GrabFood, GrabKios, platform yang memberikan peluang kepada jutaan orang Indonesia untuk menumbuhkan bisnis mereka saat ini melalui teknologi.
GrabKios menyediakan akses ke bermacam pilihan produk dan layanan yang bisa diakses lewat aplikasi. Mulai menjadi agen pulsa, tiket pesawat, tiket kereta api hingga melayani pembayaran listrik hingga PDAM. Saat ini, GrabKios memiliki lebih dari 500.000 agen di 500 kota besar dan kecil di seluruh Indonesia.