Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna

ditulis oleh Marrysa Tunjung Sari

“Hanna itu gabungan dari nama anak saya dan saya, Khairunisa dan Nayla. Saya dan anak hobi masak lalu kami berdua merencanakan menu,” jelas ibu Nayla. 

Pencarian atas kata kunci ibu Hanna akan menghasilkan 4 lokasi keberadaan, restoran yang menjual hidangan ini populer di kalangan warga Betawi di Jakarta dan warga keturunan Arab di Indonesia. Perbincangan saya dengan Ibu Nayla pemilik usaha Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna bertempat di lokasi pertamanya berjualan, Jalan KH Abdullah Syafei 31, Kampung Melayu, Jakarta. 

Walaupun ibu Nayla terlihat menyambut baik ajakan untuk berbincang, cukup membutuhkan waktu untuk mengulik kisah sukses restoran miliknya. Setiap perbincangan ia selalu menyelipkan kemampuan anak-anaknya dalam mengelola bisnis restoran yang selalu ramai.

“Anak saya yang mengurus semua ini selama 15 tahun, saya hanya memantau dan mengawasi. Ide resep dari saya dan anak-anak, sama-sama. Saya hobi masak, anak-anak juga hobi masak jadi kami bertemu jadilah restoran ini,” jelasnya kembali.

Pilihan menu yang ada di Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna yang sangat rekomendasi sudah tentu Nasi Kebulinya. Namun, ada pilihan berbagai lauk berbahan dasar kambing lainnya, antara lain kambing goreng biasa, bumbu rujak, sambal matah, gule kambing, gule kacang ijo, kare kambing, marak kambing, sop kambing dan tongseng kambing. Di luar menu nasi kebuli, rekomendasi untuk mencoba nasi briyani dengan kombinasi lauk berbahan dasar ayam dan kambing.

Lalu apa yang membuat restoran Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna begitu digemari? Olahan kambingnya yang lembut dan tidak berbau “prengus” atau masih menyimpan bau kambing. Menurut ibu Nayla rahasia dari olahan kambingnya yang lembut, ada pada pemilihan usia kambing dan berat badan. Kambing yang memiliki berat di bawah 15 kilogram atau idealnya 8 kilogram akan memiliki rasa daging yang lebih lembut. Oleh sebab itu ibu Nayla selalu membeli kambing dengan ukuran 8-10 kg saja.

Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna yang pada hari biasa bisa menghabiskan 10 ekor kambing, yang dimasak setiap kali pesanan datang.

“Semua masakan sejak dulu selalu disiapkan saat dipesan, agar menjaga kualitas rasa dan kesegaran. Kalau bulan puasa peningkatan bisa mencapai dua kali lipat dari hari biasa ya,” jelas ibu Nayla. 

Di balik suaranya yang lembut dan berkesan malu-malu, ibu Nayla berhasil membawa bisnis kecil yang bertempat di kontrakan kecil menjadi restoran berukuran besar dengan 4 cabang dan menjadi salah satu yang direkomendasikan di Jakarta.

Rasa nasi kebuli yang lezat dan kaya akan rempah didapat dari kaldu daging dan susu kambing yang dimasak bersama minyak samin. Rempah lain yang digunakan adalah bawang putih, bawang merah, cengkeh, jintan, ketumbar, pala, lada hitam, hingga kayu manis. Kemudian nasi ditanak bersama bahan-bahan tersebut.

Setelah puas menikmati nasi kebuli dan briyani, nasi mandi bisa menjadi saran untuk mencoba menu lainnya di Ibu Hanna. Nasi mandi, menu asli Timur Tengah yang  berasal dari Yaman didominasi dengan rasa rempah yang kuat, nasi mandi menggunakan beras Basmati yang berbentuk lebih panjang dan pipih. 

Untuk harganya memang cukup mahal tetapi porsinya besar. Untuk nasi kebuli satu porsinya seharga Rp60.000, nasi briyani Rp82.000 dengan paket lauk kambing sesuai selera. Saat mencobanya, saya memesan cukup untuk dua orang. Dinikmati dengan acar dan sambal khususnya, terasa sekali kelezatan olahan dari dapur ibu Nayla. 

Setelah berbincang hampir satu jam, ibu Nayla sudah terlihat nyaman. Sayang percakapan kami terhenti, ada serombongan keluarga ibu Nayla tiba. Sesekali ibu Nayla melirik sambil berisyarat dengan tangannya, cek apakah makanan pesanan saya sesuai. Nampaknya, kami berdua sudah bisa melanjutkan hubungan pelanggan yang saling kenal untuk kunjungan berikutnya. Terima kasih ibu!

Tentang Penulis

Marrysa Tunjung Sari adalah fotografer profesional yang bekerja selama 6 tahun sebagai Editor in Chief untuk Linkers – Citilink Inflight Magazine serta jurnalis foto dan penulisan lepas bagi National Geography Indonesia (Travel). Mbak Sasha, demikian ia dipanggil, kerap mengajar kelas fotografi teknis, Travel Photo Story dan Streetfood Photography. Beberapa penghargaan Internasional dan nasional diperolehnya untuk karya foto dan cerita mengenai perjalanan atau travel photography. 

Baca Artikel Menarik Lainnya