Perjuangan Gigih Bagus Antarkan Penumpang Positif COVID-19 Cari Rumah Sakit

Semarang – Bagus Priyambodo, pengemudi taksi online di Semarang, Jawa Tengah memiliki kisah yang tidak pernah ia lupakan. Belum lama ini, ia membantu menyelamatkan nyawa penumpangnya, yang terpapar COVID-19. Usahanya tak mudah, sejumlah layanan kesehatan yang ia datangi pun sempat menolak. Apa yang Bagus perjuangkan semata-mata demi menyelamatkan nyawa seseorang.

“Pengalaman itu diawali ketika saya mendapatkan order pukul 4 sore. Awalnya saya tidak mengetahui bahwa penumpang yang  saya antar merupakan  pasien COVID-19. Saya hanya tahu kalau dua orang penumpang ini minta diantarkan ke salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 di Kota Semarang,” bukanya.

Dua penumpang tersebut merupakan ibu dan anak, kala itu kondisi sang ibu cukup memprihatinkan dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut. “Awalnya saya sempat ragu, namun melihat kondisi sang ibu yang lemas dan hanya bisa bersandar di kursi penumpang, hati saya tergerak. Tanpa pikir panjang, saya memberanikan diri untuk mengantarnya,” jelasnya. 

Usahanya untuk menolong ibu ini bukan tanpa kendala. Rumah sakit pertama yang mereka tuju menolak, dengan alasan ruangan penuh. Mendengar itu, Bagus pun tak tinggal diam. Ia berusaha menjelaskan bahwa penumpang yang ada di dalam mobilnya membutuhkan penanganan yang serius. 

Selalu bersikap ramah selalu diterapkan oleh Bagus Priyambodo saat melayani penumpang sampai ke tempat tujuan.

Berkat bantuannya, penumpang tersebut mendapat penanganan awal. Bagus merelakan mobilnya digunakan sementara sebagai tempat penanganan awal sekaligus untuk konsultasi dengan dokter. 

“Setelah mendapatkan penanganan awal, pihak keluarga pun dianjurkan untuk menuju ke beberapa rumah sakit. Akhirnya saya bantu mengantarkan ke rumah sakit terdekat dengan harapan penumpang saya bisa segera mendapatkan ruangan untuk dirawat lebih lanjut,” jelasnya. 

Perjuangan Bagus ternyata belum berakhir sampai di sini, kondisi rumah sakit kedua yang dikunjunginya tak jauh berbeda. Tingkat ketersediaan rumah sakit terbatas, sementara kondisi penumpang dikhawatirkan akan semakin memburuk jika tidak mendapatkan penanganan medis yang semestinya.

“Bahkan untuk parkir mobil saja sudah susah. Saya sempat ke lobi rumah sakit, tetapi harus menunggu antrean panjang. Sambil menunggu, saya minta putra dari ibu ini untuk konsultasi dengan anggota keluarga lain. Supaya ketemu jalan keluarnya, sekaligus mencari informasi penting lainnya,” sebutnya.

Bagus dan penumpangnya pun tiba di rumah sakit ketiga menjelang petang. Di rumah sakit ini, mereka awalnya mendapat perlakuan yang sama. Kondisi rumah sakit yang penuh memaksa ibu ini tak bisa juga ditangani secara serius. Bagus berusaha meyakinkan petugas di sana untuk bisa menerima penumpangnya.

Berbagai persyaratan kemudian dilakukan, mulai dari menunggu antrean 30 orang hingga harus melakukan tes swab untuk sang ibu. Belum sempat ditangani lebih lanjut, ada keluarga penumpang yang mengabari agar sang ibu dibawa saja ke Rumah Dinas Wali Kota Semarang yang sedang dialihfungsikan sebagai tempat isolasi serta rumah sakit darurat COVID-19 di Kota Semarang. 

“Pihak keluarga yang mengabari juga sudah memastikan akan ada dokter yang langsung dapat menangani di sana. Sesampainya kami di sana, ibu ini akhirnya bisa masuk ruang perawatan dan mendapatkan tindakan medis lebih lanjut,” ungkapnya.

Dari pengalaman itu, ia menjadi paham betul bagaimana alur dan prosedur fasilitas layanan kesehatan. Sebagai mitra pengemudi GrabCar, Bagus berpesan kepada sesama rekannya agar tidak terlalu khawatir ketika menerima order dari penumpang yang merupakan pasien COVID-19.

Baginya, hal terpenting adalah protokol kesehatan dan sanitasi dari armadanya. Terlebih, prasarana penunjang di dalam mobil juga sudah diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengemudi dan  penumpang memiliki jarak yang aman. Begitu pula dengan perlengkapan kesehatan lain yang senantiasa tersedia seperti masker dan hand sanitizer.

“Sisi positifnya saya bisa membantu dari sisi kemanusiaan. Banyak informasi dan pelajaran yang saya petik dari pengalaman itu. Niat saya bekerja sekaligus menolong, dijalani saja yang penting tetap menjaga protokol kesehatan,” pungkasnya.