Mie Ayam Akong Acim Medan buka dari 1975

 

Biasanya ke Medan hanya untuk transit di bandara Kualanamu. Rasanya girang akhirnya bisa masuk ke kotanya. Walau bandaranya sendiri sudah terasa seperti kota kecil di dalam kota. Saking besarnya.

Berfoto-foto dulu di luar bandara sebelum masuk ke dalam GrabCar. Dan banyak bertanya pada pengemudi tentang tempat-tempat yang bagus, sebagai rekomendasi orang lokal. 

Temanku, yang baru pertama kali juga traveling ke Medan, nggak lupa menanyakan tempat-tempat makan. 

“Ada makanan halal kan ya?”

“Oh banyak!” jawab pengemudi. “Boleh coba Mie Ayam Akong Acim! Itu sudah ada dari tahun ‘75!”

“Di mana itu, Bang?”, sambut temanku antusias.

“Di simpang Jalan Perniagaan sana. Dekat-dekatlah kalo di sini. Dari mana, dek?”

“Jakarta, Bang.”

“Oh. Nggak kaya Jakarta lah. Jauh-jauh. Kalo di sini dekat-dekatnya! Pas lah, dari hotel, makan siang dulu di situ, baru lanjut. Sudah buka itu jam 2!”

“Ah… baik, Bang!”

 

Ambil cuti sehari di hari Jumat untuk 3 hari weekend getaway, baru pertama kalinya kulakukan. Nggak ada alasan kenapa memilih Medan sebagai kota tujuan. Cuma karena penasaran aja. 

Nggak banyak persiapan. Buat liburan singkat ini, aku dan temanku sepakat go-show aja, toh transportasi sudah gampang. Cari hotel juga bisa di aplikasi Grab. 

Tetapi walau begitu, pastinya ingin membawa pulang sepotong pengalaman seru dari perjalanan di Medan. 

Dari hotel pesan GrabCar lagi ke Mie Ayam Akong Acim, dan dapat pengemudi yang nampaknya langsung tahu harus lewat mana, tanpa sedikit-dikit melirik bantuan navigasi peta.

Sepertinya ini tempat yang cukup terkenal. Nggak perlu takut tersasar karena pasti sampai. Baguslah!

Kedai kecil di depan kami, Mie Ayam Akong Acim, memberikan kesan pertama sangat sederhana. 

Tradisional secara tampilan luar dan vintage secara tampilan dalam. Sangat fungsional dimulai dari meja yang jumlahnya secukupnya hanya 5-6 meja. Sebagian dipakai untuk memotong sayuran dan persiapan makanan. 

Untung saja ada meja kosong bisa kami tempati. Mungkin keberuntungan pemula langsung dapat meja. 

Porsi mie ayam yang disediakan ada beragam. Mulai dari kecil, normal, atau jumbo. Karena lapar, tentunya berdua pesan jumbo.

Sambil menunggu, argumen kenapa namanya Akong Cici, membuka topik percakapan. Dasar suara kami yang agak besar, penjualnya pun nimbrung dan menjawab.

“Akong itu kakek, Acim itu saudara perempuan. Dari bahasa Tionghoa!”, katanya dibarengi tawa yang ramah. Ah, baiklah. Seperti tempatnya, makna di balik namanya pun ternyata sederhana aja. 

Tetapi ini nggak berlaku loh, untuk isi mie ayamnya, yang nggak sederhana!

Semangkuk jumbo itu suiran daging ayamnya berlimpah dan masih diperkaya lagi dengan irisan lumpia udang dan bakso ikan. Lalu ada potongan telur bebek direbus dan taburan cakwe goreng, dan sayurannya juga nggak sedikit.

Kami lihat-lihatan berdua, karena kaget porsi. Foto dulu sebelum doa. Baru menyendokkannya ke mulut.

Mie Ayam Akong Acim memiliki tekstur mie yang lebih padat dan tebal. Sayurnya lembut mirip Kiam Chay, tidak sekasar sayur mie ayam yang biasanya.

Satu per satu semuanya terasa berbaur dalam rasa yang tidak sesederhana tempatnya. Inilah kenapa tidak boleh menilai dari tampilan. Karena ini adalah temuan rasa yang nggak akan mudah terlupakan.

“Ci, bukanya sampai jam berapa?”, tanyaku pada penjualnya.

“Jam 11 masih buka!”

“Kalo laper lagi malem-malem, boleh nih pesen GrabFood!”

Temanku nampaknya sangat menikmati mie-nya sampai nggak menghiraukan apa-apa. 

“Bisa nih balik lagi entar, kalo sempet. Enak banget!”, serunya tiba-tiba.

“Iya, entar malem aja kita pesen lagi GrabFood.”, kataku, mengulang.

“Iya! Setuju.”

Dasar.

 

Buka dari tahun 1975, Mie Ayam Akong Acim, nggak mengubah ramuannya. Secara rasa konon masih mempertahankannya sama seperti semula. 

Telah menjadi usaha keluarga selama 45 tahun, Mie Ayam Akong Acim sebelumnya dipegang oleh orang tua, sekarang dipegang oleh menantu. 

Nggak berlama-lama. Kita pun beranjak dari tempat duduk, karena pelanggan yang lainnya mulai berdatangan dan siap masuk.

 

ALAMAT Jalan Gwangju simpang Jalan Perniagaan Medan, atau pesan di GrabFood

HARGA Mulai dari Rp20.000 per porsi

DETAIL Buka setiap hari dari jam 2 siang sampai 11 malam

MENU REKOMENDASI Mie Ayam