Jadi Tulang Punggung Keluarga, Bukan Jadi Halangan Rizky untuk Wisuda dengan Predikat Cumlaude

Yogyakarta, 8 Juli 2019 – Rasa haru dan bangga bercampur menjadi satu ketika Rizky Aulia Hasyim tahu bahwa dirinya lulus menyandang predikat cumlaude. Rizky, begitu akrab disapa, tak kuasa membendung syukur karena bisa lulus dengan prestasi yang mengharumkan dirinya dan keluarga. Rizky adalah seorang mahasiswa yang bekerja sambilan sebagai mitra pengemudi Grab. Dia terus berjuang mengarungi rintangan demi mencapai cita-cita yang akhirnya sudah lama ia impikan.

Rizky baru saja menjalani wisudanya pada 29 Juni 2019 lalu. Saat momen berharga tersebut, dia mencuri perhatian khalayak dengan mengenakan toga unik yang berbeda dari toga teman-teman seangkatannya, yakni toga dengan selempang hijau bertuliskan “Grab”. Rizky mengungkapkan, selempang ‘kesuksesan’ yang dia buat sendiri ini menjadi bentuk kebanggaan kepada Grab karena telah membawanya meraih impian terbesar, yakni lulus cumlaude, dan juga membantunya meringankan beban orang tua.

Sehari-hari, Rizky harus menjadi tulang punggung keluarga. Hidupnya yang serba kekurangan membuatnya harus bekerja ekstra demi memenuhi nafkah. Ayah Rizky, harus keluar dari pekerjaannya karena terbentur masalah internal. Sementara, sang ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga. Rizky pun harus menjadi tulang punggung keluarga dan juga menyekolahkan kedua adiknya yang masih menimba ilmu di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Dasar (SD).

Dengan tanggungan yang besar, wanita asal Yogyakarta ini memilih menjadi mitra pengemudi Grab pada layanan roda empat (GrabCar) sembari menekuni studinya sebagai mahasiswi jurusan Ekonomi Islam di Universitas Islam Indonesia. Rizky bisa lulus tepat waktu dengan predikat terbaik di universitasnya, di tengah kesibukan yang ia jalani sebagai mitra pengemudi dan juga sebagai seorang guru les. Sedari semester awal, dia memang sudah terbiasa bekerja sambil kuliah sebagai guru les privat. Jenjang pendidikan yang ia ajarkan pun beragam, mulai dari TK hingga SMA.

Alasan Rizky saat pertama kali bergabung menjadi mitra pengemudi Grab, karena semata-mata memang ingin membantu perekonomian keluarga. Terlebih, Rizky memiliki cicilan yang menunggak. Dari situ, dia mulai merasa bahwa pendapatannya sebagai guru les tak mencukupi demi menghidupi keluarga, apalagi untuk membayar cicilan. Rizky harus terus memutar otak dengan mencari pekerjaan yang pemasukannya bisa mengimbangi kebutuhan. Namun, karena sudah terbiasa bekerja sambilan, Rizky pun memberanikan diri memilih menjadi mitra pengemudi Grab.

“Saya sudah 1,5 tahun menjadi mitra pengemudi Grab. Bergabung dengan Grab pada saat semester 6. Saya berpikir kalau pekerjaan seperti ini waktunya bisa diatur, apalagi pendapatannya juga bisa kita taksir. Untuk anak kuliahan seperti saya, tentu merupakan pekerjaan yang fleksibel, karena saya waktu itu kuliahnya juga sudah tidak terlalu banyak kelas. ” jelas Rizky.

Pendapatan Rizky bertambah saat bergabung sebagai mitra pengemudi Grab. Meski menjadi mitra pengemudi Grab secara paruh waktu, pendapatan maksimal yang diperoleh Rizky bisa mencapai kisaran Rp300 ribu per hari, dengan total sekitar Rp8 juta setiap bulannya. Dengan bertambahnya pendapatan Rizky, dia bisa mengatur penghasilan sendiri, tak cuma membayar cicilan dan keperluan lain untuk keluarganya, tetapi juga membayar keperluan kuliah hingga wisuda.

Usaha Rizky untuk menjadi mitra pengemudi Grab juga tak lepas dari bantuan pamannya. Dia mengungkap, saat itu sang paman yang juga menjadi mitra pengemudi GrabCar, menawarkan Rizky untuk bergabung. “Waktu itu om saya menawarkan untuk jadi mitra pengemudi di GrabCar. Karena saya ada tanggungan bayar cicilan mobil dan harus menafkahi keluarga, saya langsung daftar. Dari situ, saya sudah mulai mengurangi jadwal mengajar les privat,” kenangnya.

Berselang setahun bergabung menjadi mitra pengemudi Grab, Rizky akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat ia mengajar les privat. Bukan karena masalah waktu, timpalnya, melainkan karena dia memilih untuk mendirikan tempat mengajar les privat sendiri.

“Memang, dari semester pertama, saya kerja sambilan sebagai guru les privat. Setiap hari ada beberapa murid, ada yang seminggu 3-4 kali. Saya mengajar semua mata pelajaran, kalau SMA itu khusus Matematika dan IPA. Sekarang, sejak bergabung jadi mitra pengemudi Grab, saya bikin tempat mengajar les privat kecil-kecilan karena agar tetap bisa punya pendapatan dari sini.  Saya juga ingin punya usaha, sudah lama saya ikut orang di tempat mengajar les privat, dan sekarang gantian mau merasakan mengelola tempat les sendiri,” tukas wanita kelahiran 22 April 1997 ini.

Bekerja sebagai mitra pengemudi Grab, seorang guru les privat, dan menjadi mahasiswa, tentu bukan perkara mudah untuk dilakukan Rizky dalam waktu yang bersamaan. Karenanya, Rizky benar-benar mencanangkan prinsip keseimbangan antara hidup dan bekerja yang dilakukan dalam skala prioritas. “Saat kuliah, saya akan fokus untuk belajar, dan setelah selesai kelas langsung nge-Grab. Kadang kalau kuliah lagi libur, saya justru akan optimalkan di Grab. Atau, kalau lagi libur di Grab, saya akan memanfaatkan waktunya untuk belajar selama sehari penuh. Semua dilakukan berdasarkan prioritas. Memang, cukup melelahkan. Tetapi kalau dilihat hasilnya, baik itu dari pendapatan saya dari Grab dan juga hasil kerja keras dan belajar saya hingga akhirnya cumlaude, rasa capek-nya jadi hilang,” pungkasnya.

Kisah Rizky merupakan salah satu dari jutaan perjuangan mitra pengemudi Grab meraih impiannya demi membahagiakan orang tersayang. Terlebih, Grab sebagai everyday superapp terkemuka di Asia Tenggara, juga baru saja meluncurkan program #KarenaAman untuk terus mendorong setiap perempuan untuk mengejar tujuan pribadi mereka dalam hidup tanpa rasa takut atau enggan.

Saat ini, Grab menyediakan layanan dengan jangkauan terluas di Asia Tenggara di 338 kota yang tersebar di 8 negara dengan lebih dari 152 juta unduhan aplikasi, termasuk Indonesia tempat Grab beroperasi di 224 kota dari Sabang hingga Merauke.

Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, Grab telah berkontribusi sebesar 48,9 triliun rupiah bagi perekonomian Indonesia di tahun 2018. Pada layanan GrabCar, rata-rata pendapatan mitra pengemudi tumbuh 114% dengan kisaran pendapatan Rp 7 juta per bulan. Selain transportasi, bisnis layanan pesan-antar makanan GrabFood juga berkembang pesat di Indonesia, beroperasi di 178 kota di Indonesia dengan volume pengiriman tumbuh hampir 10 kali lipat pada tahun 2018.